Berdasarkan definisi menurut Jellife (1996) dijelaskan bahwa antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimabangan antara asupan protein dan energi, gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Teknik pengukuran dengan antropometri memiliki beberapa keunggulan yaitu:
- Prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
- Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, teapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat.
- Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah tersebut.
- Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
- Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
- Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang , kurang, dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
- Metode antropometri dapat mengevaluasi peerubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok.
Akan tetapi, metode antropometri ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
- Tidak sensitive, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
- Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan gangguan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
- Kesalahan tang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antopometri gizi.
Ada beberapa jenis parameter antropometri yang digunakan untuk identifikasi masalah gizi kurang (KEP), diantaranya yang sudah dikenal adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), lingkar dada, lapis lemak dibawah kulit (LLBK), untuk lebih memberikan makna maka parameter tersebut dikombinasikan menjadi indeks antropometri.
Indeks Antropometri Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumalah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapa berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarakan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).
Indeks Antropometri Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status masa lampau, juga erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi.
Indeks Antoppometri Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang liniear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan serah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellif pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang) Indeks BB/TB adalah merupakn indeks yang independen terhadap umur.
Klasifikasi Indeks Antropometri menurut WHO
Klasifikasi gizi menurut WHO (2006) menggunakan nilai standar Z-score balita berdasarkan indeks antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB. Indeks antropometri tersebut merupakan indikator pertumbuhan balita.
Klasifikasi status gizi balita menurut WHO sebagai berikut:
BB/U
Gizi Buruk: <-3SD
Gizi Kurang: >-3SD sampai <-2SD
Gizi Baik: >-2SD sampai 2SD
Gizi Lebih: >2SD
TB/U
Pendek: <-2 SD
Normal: >-2SD sampai <2SD
BB/TB
Kurus Sekali: <-3SD
Kurus: >-3SD sampai <-2SD
Normal: >-2SD sampai 2SD
Gemuk: >2SD
Sumber:
- Jahari, dkk. 2000. Status Gizi Balita Indonesia Sebelum dan Selama Krisis. (analisa Data Antropometri Susenas 1989/1999). WNPG VII, Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
- Jellife, Derrick B. 1969. Child Nutrition in Developing countries. Washington DC.
- Supriasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Satus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
- WHO. 2006. WHO Child Growth Standard.
0 Response to "Pengukuran Antropometri"